SELAMAT DATANG DI BLOG STKIP HAMZAR DAN MENGUCAPKAN : SELAMAT ATAS BERDIRINYA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) HAMZAR KABUPATEN LOMBOK UTARA. Izin KEMDIKNAS RI, Nomor: 04/D/O/2011, Tanggal 7 Januari 2011. Kampus Induk: Komplek Perguruan Yayasan Maraqitta'limat Lokok Aur Desa Karang Bajo Kecamatan Bayan

Rabu, 23 Februari 2011

STKIP Hamzar Peroleh Ijin Oprasional

Lombok Utara - Setelah menempuh perjalanan panjang, akhirnya Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Hamzar Kabupaten Lombok Utara akhirnya memperoleh ijin oprasional dari Kemdiknas RI, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) pusat.

Demikian diungkapkan oleh pimpinan pusat yayasan Maraqitta’limat provinsi Nusa Tenggara Barat, H. Mashal, SH, MM, pada saat melakukan pertemuan dengan para kepala sekolah, tokoh masyarakat dan pengurus cabang yayasan Maraqitta’limat se Kabupaten Lombok Utara yang berlangsung di MI Maraqitta’limat Dusun Lokok Aur Desa Karang Bajo Kecamatan Bayan.

Setelah berdrinya STIKES, lanjut H. Mashal, kita bukan berhenti sampai disitu untuk memperjuangkan berdirinya STKIP Hamzar. Dan tidak kurang yang mengusulkan pendirian STKIP di seluruh Indonesia 561, sementara yang akan diberikan ijin hanya 10 lembaga STKIP. “Alhamdulillah, ternyata diantara yang 10 itu, STKIP Hamzar masuk didalamnya, dan ijinnya inipun keluar pada tanggal 7 Januari 2011 dengan Nomor: 4/D/O/2011”, katanya bersyukur.

H. Mashal yang juga Ketua STKIP Hamzar Lombok Utara ini mengaku, bahwa keluarnya perijinan ini juga disambut gembira oleh Bupati Lombok Utara, H. Djohan Sjamsu, SH, karena satu-satunya STKIP di daerah otonomi baru ini yang sudah memperoleh ijin oprasional dari Kemdiknas RI. “Bahkan dirinya (Bupati KLU-red) siap memberikan kuliah umum”, tegasnya.
Untuk mengawalinya, pihak pengelola telah membuat ratusan spanduk yang dipasang di beberapa tempat strategis di provinsi Nusa Tenggara Barat. Dan STKIP Hamzar ini induknya di Kabupaten Lombok Utara.

Sementara Pembina Yayasan Maraqitta’limat NTB, TGH. Hazmi Hamzar mengaku bersyukur atas keluarnya ijin berdirinya STKIP Hamzar Lombok Utara. “Alhamdulillah berkat perjuangan kita bersama, izin pendirian STKIP Hamzar sudah keluar pada tanggal 7 Januari 2011”, ungkap Pembina Yayasan Maraqittalimat provinsi Nusa Tenggara Barat, TGH. Hazmi Hamzar.
Dengan keluarnya perizinan ini, maka STKIP Hamzar sudah mulai menerima mahasiswa baru tahun akademik 2011. “Dan jumlah mahasiswa yang sudah terdaftar hingga hari ini sudah diatas 65 mahasiwa yang dibagi dalam dua jurusan yaitu PGSD dan PG-PAUD.

Kepala Desa Karang Bajo, Kecamatan Bayan, Kertamalip, ketika menerima informasi tersebut tidak henti-hentinya mengucap syukur kepada Allah, karena di desa yang dipimpinnya telah berdiri STKIP induk yaitu STKIP Hamzar.

“Ini perlu kita syukuri bersama, karena satu-satunya STKIP di Kabupaten Lombok Utara yang sudah memiliki izin oprasional penerimaan mahasiswa baru”, katanya.
Selengkapnya...

Siswa MTs-MT Dirikan Bazismar

Lokok Aur, Lombok Utara- Siswa Madrasah Tsanawiyah Maraqitta’limat (MTs-MT) Dusun Lokok Aur Desa Karang Bajo Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, belum lama ini mendirikan pengurus Badan Amil Zakat, Infaq dan Sadaqah Maraqitta’limat (Bazizsmar).

Hal tersebut diungkapkan Ustazd Sabran, pada ketika ditemui di MI Maraqitta’limat Desa Anyar. Menurutnya pendirian Bazismar, karena melihat kondisi masyarakat yang berada di sekitar madrasah masih banyak yang kehidupannya pas-pasan.

“Untuk meningkatkan kepedulian para siswa terhadap masyarakat sekitarnya, didirikanlah Bazismar sekolah. Dan melalui badan ini para siswa memperogramkan pengumpulan beras setiap kali memesak dua sendok kecil atau sering disebut dengan cara ‘jimpitan’. Dan beras itu dikumpulkan setiap hari jum’at, kemudian dibagikan kepada yang berhak menerimanya”, tuturnya.

Selain itu, lanjut Sabran, siswa juga menyisihkan uang belanjanya setiap hari untuk membantu anak-anak yang kurang mampu sebagai biaya pendidikannya. “Ini dilakukan untuk membiasakan para siswa hidup tolong-menolong antar sesame yang sekaligus dengan bersedekah dapat menolak bala’ atau bencana”,jelasnya.

Sementara ketua Bazismar, Sugran yang juga siswa MTs-MT, mengaku program jangka panjangnya, kedepan dapat mendirikan Baitul Mal Wat-Tamwil (BMT), sehingga dapat membantu masyarakat yang kurang mampu , entah itu berupa pinjaman modal usaha atau lainnya.

“Karena Bazismar ini baru terbentuk sehingga kita awali programnya dengan beras jimpitan dan menyisihkan belanja sekolah untuk membantu orang-orang yang membutuhkan”, pungkas Sugran. (Ari)
Selengkapnya...

Menelusuri Pendirian MI-MT Yang Penuh Tantangan

H. Lalu Akar
Lombok Utara - Madrasah Ibtidaiyah Maraqitta’limat (MI-MT) yang terletak di Desa Anyar Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, merupakan sebuah lembaga pendidikan keagamaan yang pertama didirikan di Kecamatan Bayan, yang pada awal pendiriannya penuh dengan tantangan.

Demikian yang terungkap, ketika melakukan dialog dengan beberapa tokoh Yayasan Maraqitta’limat Kecamatan Bayan, diantaranya H. Lalu Akar dan M. Saleh AM.

Sesuai dengan Akte Notaris MI-MT ini didirikan pada 1 Januari 1969, oleh beberapa tokoh masyarakat, yang pada awal berdirinya penuh dengan hambatan, terutama dari para penguasa saat itu, yang kurang menerima kehadiran lembaga pendidikan keagamaan, karena di anggap lawan politik. Maklum orientasi politik praktis yayasan Maraqitta’limat pada tahun itu, berorientasi ke politik Islam yaitu Masyumi.
Tantangan yang dihadapi, bukan saja datang dari para tokoh masyarakat yang kurang mendukung keberadaan lembaga pendidikan keagamaan di Bayan, namun juga dari para pejabat Muspika kedistrikan Bayan. Akibatnya pada saat peresmian Madrasah ini satupun pejabat dari kedistrikan Bayan tidak ada yang hadir, bahkan mereka tidak akan bertanggungjawab, bila terjadi sesuatu hal yang negatif.
Namun berkat tekad dan semangat yang membaja dihati para pendiri Madrasah, serta didukung oleh pimpinan Yayasan Maraqitta’limat yang berpusat di Desa Mamben Lauq, Kabupaten Lombok Timur, TGH. M. Zainuddin Arsyad, sehingga madrasah inipun diresmikan tanpa kehadiran dari pihak kedistrikan yang waktu itu sebagai kepala distrik, R. Kertapati.
Untuk mengawali langkah pendiriannya, menurut H. Lalu Akar, mantan Ketua Cabang Yayasan Maraqitta’limat Kecamatan Bayan, menempati sebuah rumah warga beratap daun rumbia dan belum dipagar oleh pemiliknya yang berlokasi di Dusun Lendang Karang Desa Anyar. Dari rumah sederhana inilah para pendiri yang sekaligus bertindak sebagai pendidik atau guru, memulai langkahnya untuk mengumpulkan para siswa.
M. Saleh AM, salah seorang penggagas sekaligus pendiri MI-MT, Anyar menuturkan kisahnya, pada bulan mei 1967, dirinya pergi berniaga ke Bayan untuk membeli hasil bumi petani seperti bawang merah. Dan pada saat itu, sarana transfortasi memang masih sulit, sehingga dia harus menginap di Desa Anyar. Ketika malam tiba, M. Saleh AM, berkeliling melihat kehidupan warga. Namun pada saat itu, belum ada satu anakpun yang ditemukan belajar mengaji (membaca Al-Qur’an).
Melihat kondisi demikian, terbetiklah niat sucinya, untuk mendirikan sebuah posko sebagai tempat mengajar anak-anak pendidikan agama, tepatnya di rumah Amaq Suarni. Setelah posko berdiri, beberapa anak datang untuk belajar membaca Al-Qur’an dan ilmu agama. Santri pertama yang dididik hanya beberapa orang, diantaranya, Zuhdi, Sahdan, Ahmad dan Husni.
Pada tahun 1968, posko yang dibuat oleh M. Saleh AM, tidak bisa lagi menampung para santri. Melihat antusias anak-anak cukup tinggi, sehingga ia melakukan pertemuan dengan almarhum A. Sahdan untuk merencanakan pendirian madrasah. Perundingan inipun dilanjutkan dengan beberapa tokoh masyarakat, seperti, H. Lalu Akar, Amaq Arpini, Amaq Zainur dan A. Sahdan serta Bapak Ta’rah. Saat itu jumlah santrinya sudah mencapai 60 orang. Ke 60 santri ini dibagi menjadi dua yaitu kelas Maba’ul Awal dan Maba’ust Tsani.
Setelah kesepakatan dicapai dengan para tokoh, kemudian M. Saleh AM, mengundang TGH. M. Zainuddin Arsyad untuk meresmikan madrasah yang didirikan pada akhir tahun 1968. Sayang, saat itu, oleh pihak Keliang, kepala desa dan distrik tidak memberikan ijin untuk meresmikan keberadaan madrasah tersebut.
Lalu mengapa madrasah tersebut tidak diberikan untuk diresmikan? Ini dikarenakan laporan dari pihak Keliang, yang kala itu dijabat oleh Amaq Jumlah, bahwa bila madrasah didirikan di Kedistrikan Bayan, maka adat Bayan akan hancur. “Karena penilaian tersebut sehingga pihak kepala desa yang dijabat R. Nyakrowaji dan Kepala distrik R. Kertapati enggan meresmikan”, tutur M. Saleh AM sambil mengenang masa lalunya.
Karena undangan peresmian madrasah waktu itu sudah berjalan, lanjut M. Saleh, kendati dihadiri oleh beberapa tokoh, peresmianpun dilanjutkan tanpa kehadiran pihak Muspika. Setelah peresmian dilakukan, terjadilah keributan di tengah-tengah masyarakat antara yang pro dan kontra. Dan kondisi ini langsung disampaikan ke pimpinan yayasan Maraqitta’limat, TGH. M. Zainuddin Arsyad.
Mendengar laporan tersebut, TGH.M. Zainuddin Arsyad meminta kepada sekertarisnya H. Abdul Manan yang disaksikan oleh H. Farhan, membuat surat pengaduan ke beberapa pejabat propinsi NTB dan kabupaten Lombok Barat, seperti ke Gubernur, Bupati, Kodim dan Polres Lombok Barat. Dan dalam pengantaran surat tersebut M. Saleh tidak diperbolehkan berwakil, artinya harus diantar langsung kepada yang berhak menerimanya.
Surat yang ditandatangani langsung oleh TGH. M. Zainuddin Arsyad, pertama kali diantar ke Bupati Lombok Barat yang waktu itu dijabat oleh HL. Said. Waktu itu bupati Lobar heran terhadap larangan pendirian madrasah tersebut. “Sekarang ini kan ada Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), mengapa pendirian madrasah harus distop”, tutur M. Saleh menirukan ungkapan bupati Lobar.
Tanggapan yang sama juga datang dari pimpinan Kodim, Bapak Basyir dan gubernur NTB, Wasito. Dari kantor gubernur, M. Saleh pun melanjutkan perjalanan mengantar surat ke Polres Lombok Barat, Sunyoto. “Bahkan salah seorang ahli hukum yang bekerja di Pengadilan Tinggi Mataram, Marzuki SH, mengajak untuk menindak orang-orang yang menyetop pendirian Madrasah Maraqitta’liat, karena dia menilai tindakan menghalangi pendirian sebuah lembaga pendidikan adalah tindakan PKI gaya baru”, imbuh M. Saleh kelahiran 30 Juni 1940 ini.
Masih menurut M. Saleh, sebagai penguat pendirian madrasah tersebut, adalah salah seorang anggota kepilisian yang kebetulan dinas di kecamatan Bayan yaitu Mujiono. Beliau mendorong terus para tokoh agama untuk melanjutkan pembangunan madrasah sebagai tempat mendidik genarasi penerus bangsa.
Seminggu kemudian, tanggapan surat yang dikirim oleh TGH. M. Zainuddin Arsyad berdatangan dari beberapa pejabat daerah, mulai dari gubernur NTB, Bupati, Kodim dan Polres Lombok Barat, meminta kepada Muspika Bayan untuk segera meresmikan pendirian MI Maraqitta’limat di desa Anyar.
Setelah surat tanggapan itu datang, wakil camat Bayan yang ketika itu H. Lalu Hasan mendatangi pihak pengurus yayasan dan menanyakan tentang peresmian madrasah tersebut. Namun oleh pihak pengurus seperti H. Lalu Akar, tetap menjawab dengan tegas bahwa kalau madrasah Maraqitta’limat sudah diresmikan tanpa kehadiran Muspika kecamatan Bayan.
Melihat kondisi demikian, salah seorang pengurus yaitu Amaq Sayuti kembali menemui TGH.M. Zainuddin Arsyad untuk memohon kehadirannya pada peresmian MI Maraqitta’limat yang ke dua kali, karena pihak Muspika sudah siap menghadiri acaranya.
Tepat tanggal 1 Januari 1969 Acara peresmian pun kembali digelar dengan dihadiri beberapa pejabat di tingkat kecamatan serta dua utusan dari TGH.M. Zainuddin Arsyad, yaitu almarhum TGH. Abdul Manan dan TGH. Abu Bakar.
Rintangan dan tantangan datang silih berganti, yang seolah-olah tiada henti. Mengapa tidak, dikala madrasah ini sudah berjalan, tentu tantangan utamanya adalah masalah pendanaan, sehingga pihak pengurus pun harus mengambil langkah-langkah pasti. Kebijakan yang diambil saat itu, setiap warga yayasan Maraqitta’limat dan simpatisannya, dikenakan setiap bulan Rp. 1000. Hal inipun mendapat tantangan yang cukup berat, karena banyak pihak menilai bahwa apa yang dilakukan oleh pengurus ini adalah salah satu bentuk pungutan liar (pungli).
Namun syukurlah ketika tantangan itu datang, ternyata ada jalan keluarnya. Dan pada saat itu datanglah camat Gangga yang ketika itu dijabat oleh HL. Iskandar (al-marhum) yang juga mantan bupati Lombok Barat, memberikan pengertian kepada beberapa pejabat di tingkat kecamatan Bayan, bahwa pendidikan dibawah naungan yayasan swasta akan dibiaya oleh jama’ahnya. Jadi apa yang dilakukan oleh pihak pengurus itu sudah benar, bukan termasuk katagori pungli.
Selesai persoalan yang satu muncul lagi persoalan baru, dimana ketika itu MI-Maraqitta’limat masih bergabung dengan SDN 1 Desa Anyar. Yaitu siswa SD masuk pagi dan siswa MI masuk sore. Dan ketika itu sudah berjalan, ternyata muncul lagi aturan pemerintah, bahwa setiap sekolah dibawah pengawasan pemerintah diharuskan masuk pagi. Dan tentu saja aturan ini membuat pengurus MI-MT menjadi bingung, karena sebagian besar siswa yang dididik adalah siswa SD. “Dengan keluarnya aturan tersebut, pengurus yayasan harus mencari murid baru, karena sebagian besar siswanya didrop oleh SD 1 Anyar”, tutur H. Lalu Akar, yang juga mantan kepala KUA Kecamatan Bayan.
Menanggapi persoalan tersebut, TGH. M. Zainuddin Arsyad, meminta kepada setiap jama’ah Maraqitta’limat agar menyekolahkan anaknya di madrasah. Dan seruan inipun diikuti oleh jama’ah, sehingga MI-MT mendapat siswa untuk dididik. Seiring dengan perkembangan madrasah ini, salah seorang donatur, Lalu Dahim ayahanda H. Lalu Akar mewaqafkan sebidang tanahnya sebagai tempat membangun gedung madrasah yang hingga sekrang ini masih berdiri tegak di tanah wakaf tersebut.
Kendala demi kendala terus dihadapi dengan penuh ketabahan oleh para pengurus yayasan Maraqitta’limat Desa Anyar. Dan Alhamdulillah MI MT yang pertama berdiri di kecamatan Bayan ini tetap berjalan hingga sekarang dengan satu harapan agar para pengurus yayasan dan para guru untuk lebih agresif lagi membangun dan mengembangkan pendidikan yang ada.
Pengurus boleh berganti, namun semangat perjuangan harus tetap dijunjung tinggi, hingga pada saatnya satu demi satu para pengurus ini meninggalkan dunia yang fana, untuk kembali kehadapan Rabbul Izzati.
Perjuangan Bapak Arpini, Bapak Ta’rah, Amak Sayuti, M. Saleh, AM, M. Saleh, HL. Akar, Mujianto, L. Dahim, dan puluhan tokoh lainnya yang kini sebagiannya sudah tiada, tidak boleh dilupakan oleh para generasi muda. Jadikanlah pengalaman para tokoh ini pelajaran yang berharga bagi kita semua. Ingatlah perjuangan kita masih panjang. Selamat Berjuang Kawan. Semoga para pendiri lebih khusus TGH. M Zainuddin Arsyad bersama pejuang di yayasan Maraqitta’limat yang sudah kembali menghadap Allah
Selengkapnya...

Senin, 21 Februari 2011

Hikmah Maulid Nabi Muhammad Saw

Oleh: Drs. H. Imron Rosadi
BARU beberapa hari lalu, umat Islam memperingati Maulid Nabi atau kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW, yang merupakan hari libur nasional.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, di sejumlah tempat ada yang memperingatinya dengan meriah, namun ada pula yang berlangsung sederhana. Akan tetapi, perayaan maulid di beberapa daerah sudah menjadi tradisi. Bahkan ada yang mengarah ke praktik syirik, dengan mengadakan berbagai sesajian, berkurban untuk alam, laut, misalkan pemubaziran makanan atau harta, praktik yang mengancam jiwa dengan berdesak-desakan atau rebutan makanan dan lainnya, yang bertentangan dengan syariat Islam.

Di balik semua perayaan yang berlangsung tersebut, hal yang paling penting adalah makna, agar perayaan tersebut bukan sekadar seremonial belaka.

Peringatan maulid dalam rangka mengingat kembali sejarah kehidupan Rasulullah SAW, mengingat kepribadian beliau yang agung, mengingat misinya yang universal dan abadi sebagai rahmatan lil'alamin. Ada baiknya, umat Islam mengambil hikmah dari Maulid Nabi tersebut.

Setelah Rasulullah SAW wafat, seketika itu pula Kota Madinah bising dengan tangisan umat Islam; antara percaya-tidak percaya, Rasul Yang Mulia telah meninggalkan para sahabat.

Di tengah kebisingan tersebut, seorang Arab Badui menemui Umar dan dia meminta, "Ceritakan padaku akhlak Muhammad!". Umar menangis mendengar permintaan itu. Ia tak sanggup berkata apa-apa. Ia menyuruh Arab Badui tersebut menemui Bilal. Setelah ditemui dan diajukan permintaan yang sama, Bilal pun menangis, ia tak sanggup menceritakan apa pun. Bilal hanya dapat menyuruh orang tersebut menjumpai Ali bin Abi Thalib.

Orang Badui ini mulai heran. Bukankah Umar merupakan seorang sahabat senior Nabi, begitu pula Bilal, bukankah ia merupakan sahabat setia Nabi. Mengapa mereka tak sanggup menceritakan akhlak Muhammad.

Mengapa mereka tak sanggup menceritakan akhlak Muhammad. Dengan berharap-harap cemas, Badui ini menemui Ali. Ali dengan linangan air mata berkata, "Ceritakan padaku keindahan dunia ini!." Badui ini menjawab, "Bagaimana mungkin aku dapat menceritakan segala keindahan dunia ini...." Ali menjawab, "Engkau tak sanggup menceritakan keindahan dunia padahal Allah telah berfirman bahwa sungguh dunia ini kecil dan hanyalah senda gurau belaka, lalu bagaimana aku dapat melukiskan akhlak Rasulullah. Sedangkan Allah telah berfirman bahwa sungguh Muhammad memiliki budi pekerti yang agung! (Q.S. Al-Qalam (68): 4)"

Badui ini lalu menemui Siti Aisyah r.a. Istri Nabi yang sering disapa "Khumairah" oleh Nabi ini hanya menjawab, khuluquhu Alquran (Akhlaknya Muhammad itu Alquran). Seakan-akan Aisyah ingin mengatakan bahwa Nabi itu bagaikan Alquran berjalan. Badui ini tidak puas, bagaimana bisa ia segera menangkap akhlak Nabi kalau ia harus melihat ke seluruh kandungan Alquran. Aisyah akhirnya menyarankan Badui ini untuk membaca dan menyimak Q.S. Al-Mu'minun (23): 1-11.

Oleh karena itu, jika kondisi kehidupan kita ingin berubah, maka yang harus kita lakukan adalah berani merubah kebiasaan hidup saat ini.

Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah segala sesuatu yang ada pada diri mereka sendiri." (Q.S.23. Ar-Ra'du : 11).

Imam Ibnu Atho'illah dalam kitab Al-Hikam menyatakan: "Bagaimana mungkin keadaanmu akan berubah menjadi luar biasa, sedangkan kamu belum mau merubah kebiasaan-kebiasaaan hidupmu".

Adanya kesungguhan dalam mengikuti teladan Rasulullah SAW secara utuh dalam mengarungi perjuangan hidup ini, adalah kunci menuju kehidupan umat yang lebih maju dan bermartabat di masa yang akan datang. Wallahualam. (Penulis adalah Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Bandung Barat)** Pos Kota
Selengkapnya...

Dzikir Ibadah yang Sangat Agung

Segala puji bagi Allah, Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa, Yang Maha Mulia lagi Maha Pengampun. Dzat yang menetapkan takdir dan mengatur segala urusan. Dzat yang mempergilirkan malam dan siang sebagai pelajaran bagi orang-orang yang memiliki hati dan pemahaman. Dzat yang menyadarkan sebagian makhluk dan memilihnya di antara orang pilihan-Nya dan kemudian Allah memasukkan dia ke dalam golongan orang-orang yang terbaik. Dzat yang memberikan taufik kepada orang yang Dia pilih di antara hamba-hamba-Nya kemudian Allah jadikan dia termasuk golongan al-Muqarrabin al-Abrar.

Segala puji bagi-Nya yang telah memberikan pencerahan kepada orang yang dicintai-Nya sehingga membuat mereka untuk bersikap zuhud di alam kehidupan dunia ini, sehingga mereka bersungguh-sungguh untuk meraih ridha-Nya serta bersiap-siap untuk menyambut negeri yang kekal. Oleh sebab itu, mereka pun menjauhi perkara yang membuat-Nya murka dan menjauhkan diri dari ancaman siksa neraka. Mereka menundukkan dirinya dengan penuh kesungguhan dalam ketaatan kepada-Nya serta senantiasa berdzikir kepada-Nya pada waktu petang maupun pagi. Dzikir itu senantiasa mereka lakukan walaupun terjadi perubahan keadaan dan di setiap kesempatan; malam maupun siang hari. Oleh sebab itu, bersinarlah hati mereka dengan pancaran cahaya keimanan (lihat Mukadimah Al Adzkar, dalam Shahih Al Adzkar, hal. 11)Saudaraku -semoga Allah menyinari hati kita dengan keimanan-, dzikir merupakan ibadah yang sangat agung. Allah ta’ala berfirman,
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
“Maka ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku juga akan mengingat kalian.” (QS. al-Baqarah: 152)
Orang-orang yang hadir dalam majelis dzikir adalah orang-orang yang berbahagia. Bagaimana tidak, sedangkan di dalam majelis itu dibacakan ayat-ayat Allah ta’ala dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang itu merupakan sumber ketenangan hati dan kebahagiaan sejati.
Allah ta’ala berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang yang apabila disebutkan nama Allah maka bergetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat mereka maka bertambahlah keimanan mereka…” (QS. al-Anfal: 2)
Di saat peperangan berkecamuk, Allah pun tetap memerintahkan ibadah yang mulia ini agar mereka menjadi orang-orang yang mendapatkan keberhasilan. Allah ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian bertemu dengan pasukan musuh maka tegarlah kalian dan ingatlah kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya, mudah-mudahan kalian beruntung.” (QS. al-Anfal: 45)
Allah ta’ala juga berfirman,
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlah, dengan mengingat Allah maka hati akan menjadi tenang.” (QS. ar-Ra’d: 28)
وَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَلَى حَلْقَةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ مَا أَجْلَسَكُمْ قَالُوا جَلَسْنَا نَذْكُرُ اللَّهَ وَنَحْمَدُهُ عَلَى مَا هَدَانَا لِلْإِسْلَامِ وَمَنَّ بِهِ عَلَيْنَا قَالَ آللَّهِ مَا أَجْلَسَكُمْ إِلَّا ذَاكَ قَالُوا وَاللَّهِ مَا أَجْلَسَنَا إِلَّا ذَاكَ قَالَ أَمَا إِنِّي لَمْ أَسْتَحْلِفْكُمْ تُهْمَةً لَكُمْ وَلَكِنَّهُ أَتَانِي جِبْرِيلُ فَأَخْبَرَنِي أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِي بِكُمْ الْمَلَائِكَةَ
Suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menjumpai sebuah halaqah yang terdiri dari para sahabat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka beliau bertanya, “Apa yang membuat kalian duduk di sini?” Mereka menjawab, “Kami duduk untuk mengingat Allah ta’ala dan memuji-Nya atas petunjuk yang Allah berikan kepada kami sehingga kami bisa memeluk Islam dan nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada kami.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengatakan, “Demi Allah, apakah tidak ada alasan lain bagi kalian sehingga membuat kalian duduk di sini melaikan itu?” Mereka menjawab, “Demi Allah, tidak ada niat kami selain itu.” Beliau pun bersabda, “Adapun aku, sesungguhnya aku sama sekali tidak memiliki persangkaan buruk kepada kalian dengan pertanyaanku. Akan tetapi, Jibril datang kepadaku kemudian dia mengabarkan kepadaku bahwa Allah ‘azza wa jalla membanggakan kalian di hadapan para malaikat.” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Tidaklah ada suatu kaum yang duduk untuk berdzikir kepada Allah ta’ala melainkan malaikat akan meliputi mereka dan rahmat akan menyelimuti mereka, dan akan turun kepada mereka ketenangan, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di hadapan para malaikat yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوْا قَالُوْا وَمَا رِيَاضُ الجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
“Apabila kalian melewati taman-taman surga maka singgahlah.” Maka para sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud taman-taman surga itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Halaqah-halaqah dzikir, karena sesungguhnya Allah ta’ala memiliki malaikat yang berkeliling untuk mencari halaqah-halaqah dzikir. Apabila mereka datang kepada orang-orang itu, maka mereka pun meliputinya.” (HR. Abu Nu’aim dalam Al Hilyah dan dihasankan oleh Syaikh Salim dalam Shahih Al Adzkar, hal. 16)
An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah, sesungguhnya keutamaan dzikir itu tidak terbatas kepada tasbih, tahlil, tahmid, takbir dan semacamnya. Akan tetapi, setiap orang yang beramal ikhlas karena Allah ta’ala dengan melakukan ketaatan maka dia adalah orang yang berdzikir kepada Allah ta’ala. Demikianlah, yang dikatakan oleh Sa’id bin Jubair radhiyallahu’anhu dan para ulama yang lain. Atha’ rahimahullah mengatakan, ‘Majelis dzikir adalah majelis halal dan haram, yang membicarakan bagaimana menjual dan membeli, bagaimana shalat, menikah, thalaq, haji, … dan sebagainya.’” (Shahih Al Adzkar, hal. 18)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Sebagian dari kalangan ahli hikmah yang terdahulu dari Syam -dugaan saya adalah Sulaiman Al Khawwash rahimahullah mengatakan, ‘Dzikir bagi hati laksana makanan bagi tubuh. Maka sebagaimana tubuh tidak akan merasakan kelezatan makanan ketika menderita sakit. Demikian pula hati tidak akan dapat merasakan kemanisan dzikir apabila hatinya masih jatuh cinta kepada dunia’. Apabila hati seseorang telah disibukkan dengan mengingat Allah, senantiasa memikirkan kebenaran, dan merenungkan ilmu, maka dia telah diposisikan sebagaimana mestinya…” (Majmu’ Fatawa, 2/344)
Oleh sebab itu, menjadi orang yang banyak mengingat Allah merupakan cita-cita setiap mukmin. Allah ta’ala berfirman,
وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
 
“Dan kaum lelaki yang banyak mengingat Allah demikian pula kaum perempuan, maka Allah persiapkan untuk mereka ampunan dan pahala yang sangat besar.” (QS. Al Ahzab: 35)
Mujahid rahimahullah mengatakan, “Tidaklah tergolong lelaki dan perempuan yang banyak mengingat Allah kecuali apabila dia membiasakan diri senantiasa mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring.” (Shahih al-Adzkar, hal. 19)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا أَيْقَظَ الرَّجُلُ أَهْلَهُ مِنْ اللَّيْلِ فَصَلَّيَا أَوْ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ جَمِيعًا كُتِبَا فِي الذَّاكِرِينَ وَالذَّاكِرَاتِ
“Apabila seorang suami membangunkan isterinya, kemudian mereka berdua shalat bersama sebanyak dua raka’at, maka mereka berdua akan dicatat termasuk dalam golongan lelaki dan perempuan yang banyak mengingat Allah.” (HR. Abu Dawud, An Nasa’i dalam Sunan Al Kubra, dan Ibnu Majah, disahihkan oleh Syaikh Salim dalam Shahih Al Adzkar, hal. 19)

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِهِ وَقَالَ يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ فَقَالَ أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
 
Mu’adz bin Jabal -radhiyallahu’anhu- menceritakan bahwa suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang tangannya seraya mengucapkan, “Hai Mu’adz, demi Allah sesungguhnya aku benar-benar mencintaimu. Demi Allah, aku benar-benar mencintaimu.” Lalu beliau bersabda, “Aku wasiatkan kepadamu hai Mu’adz, jangan kamu tinggalkan bacaan setiap kali di akhir shalat hendaknya kamu berdoa, ‘Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik’ (Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu).” (HR. Abu Dawud, disahihkan Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abi Dawud no. 1522)

Itulah sebagian keutamaan dzikir yang bisa kami kemukakan di sini, semoga Allah memberikan kepada kita taufik untuk berdzikir kepada-Nya, bersyukur kepada-Nya, dan beribadah dengan baik kepada-Nya. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahibihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Hamba yang fakir kepada ampunan Rabbnya
Semoga Allah mengampuninya
Selengkapnya...

Menelusuri Jejak Dakwah TGH. Muhammad Zainuddin Arsyad (Bagian 2)

TGH. Hazmi Hamzar
Menuntut Ilmu ke Negeri Makkah

TGH. M. Arsyad sendiri memiliki beberapa orang putra dan putrid. Salah satu diantaranya adalah Muhammad Zainuddin, yang ketika menginjak usia 6 tahun, atau sekitar tahun 1920, sang ayah dan bunda memutuskan untuk mengirim anaknya ke Makkah Al-Mukarromah untuk menimba ilmu agama.

Keberangkatan beliau menuju Makkah didampingi oleh ayahanda TGH. M. Arsyad. Konon, beliau sempat digendong oleh orang tuanya ketika berangkat meninggalkan rumahnya menuju Makkah Al-Mukkaromah.

Di usia 6 tahun dan tinggal bersama orang-orang yang belum begitu dikenalnya, hidup jauh dari kampung halaman, sanak dan saudara, merupakan sebuah pengalaman yang cukup berharga. Pada masa usia belia seperti itu, sebenarnya masih membutuhkan bimbingan dan dampingan dari orang tua. Namun berbeda dengan Zainuddin, masa-masa senangnya bermain harus berpisah sementara dengan semua orang yang dicintainya.

Setelah Sampai di kota suci, TGH.M. Arsyad, langsung mencari sebuah pemondokan untuk anak kesayangannya. Dan Zainuddin kecil dipondokkan di rumah salah seorang Syeikh Ali Mukminah dan menuntut ilmu di Madrasah Darul Ulum.

Apa yang dilakukan oleh Muhammad Zainuddin selama di Makkah Al-Mukarromah? Ternyata tidak banyak yang mengetahui. Karena selama hidupnya, ia tak pernah menceritakan kepada siapapun apa saja yang dilakukan ketika berada di tanah suci Makkah, karena takut kalau ia menceritakan hal tersebut akan menjadi kesombongannya.

Namun kalau dilihat dari peuturan dari beberapa sumber terpercaya, ketika beliau di Makkah tidak diragukan lagi, bahwa M. Zainuddin merupakan orang yang cerdas. Bahkan dalam usia 15 tahun ia mampu menghafal Al-qur’an 30 juz.

Tidak ada waktu yang digunakan oleh beliau kecuali belajar dan belajar. M. Zainuddin adalah alumnus Madrasah Darul Ulum Makkah Al-Mukkarromah yang mendapatkan predikat ‘Mumtaz’ dari para masyaikhnya.

Pada waktu itu, Darul Ulum merupakan madrasah yang banyak diminati oleh orang Indonesia. Dianatara masyaikhnya tyeng terkenal adalah Syeikh Muhammad Basuni Asy-Syafi’i, yang masih keturunan silsilah dari Imam Syafi’i dan Syeikh Muhammad Yasin Padang. Syeikh Muhammad Yasin Padang adalah guru sekaligus teman bagi M. Zainuddin.

Darul Ulum terletak di sebuah perkampungan yang diberi nama Jarwal, lebih kurang 1 kilometer dari Masjidl Haram. Namun kini Darul Ulum sudah tidak bisa didapatkan lagi karena diambil alih oleh Pemerintah Arab Saudi.Bersambung.....
Selengkapnya...

HPM Maraqitta’limat Meringankan Tugas Pengurus

Lombok Utara - Himpunan pemuda Maraqitta’limat (HPM) merupakan salah satu lembaga yang meringankan tugas dari pengurus yayasan, karena semua program yang dilaksanakan berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD-RT) yayasan Maraqitta’limat.

Hal itu ditegaskan ketua HPM pusat yayasan Maraqitta’limat (Yamtia) provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), H. Ruhaiman, SE, ketika membentuk pengurus cabang HPM Lombok Utara 8/2 di Madrasah Maraqitta’limat Desa Anyar Kecamatan Bayan.

Dijelaskan, HPM sebagai salah satu organisasi sayap di Yamtia NTB, yang bergerak di bidang pendidikan, dakwah dan sosial kemasyarakatan.

“Pemuda sebagai pemimpin masa depan dan perlu diterjemahkan secara positif, karena secara teknis HPM tetap bergerak pada koridor Yamtia”, kata Ruhaeman, yang juga anggota DPRD Lombok Timur ini.

Pimpinan Yamtia NTB, H. Mashal, SH, MM dalam kesempatan tersebut meminta kepada pengurus yang terbentuk untuk menjalankan tugasnya dengan baik.
Sementara untuk mengatasi berbagai persoalan pendidikan di Kabupaten Lombok Utara (KLU), madrasah yang bernaung dibawah yayasan Maraqitta’limat (Yamtia) membentuk Forum Madrasah Maraqitta’limat (FMM).

“FMM ini memiliki visi mewujudkan pendidikan yang berkualitas di KLU. Dan visi ini diuraikan dalam misisnya yaitu menjalin silaturrahmi dan kerjasama antar guru dan pengurus madrasah Maraqitta’limat KLU, mengadakan seminar dan pelatihan serta mengubungkan madrasah dengan instansi terkait dan mendorong forum untuk saling memberi dan menerima.
Dan yang terpilih sebagai pengurus FMM antara lain, ketua, Ruslan Hadi, S.Pd, sektertaris, Harli, S.Pd dan bendahara Mustain, S.Pd. Sedangkan pengurus HPM Lombok Utara antara lain, ketua, Muzayyin, wakil ketua, Muksid, sekertaris, Tamimi, wakil sekertaris, Samsul Hadi dan bendahara, Maiman.
Selengkapnya...

Rabu, 16 Februari 2011

Pentingnya Pendidikan Anak

H Sahlan Rafiqi Sasaky

Allah swt berfirman dalam surat An-Nisaa ayat 9 : “Dan hendaklah takut kepda Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”

Secara khusus ayat di atas berkaitan dengan waris. Para orangtua dilarang meninggalkan anak keturunannya tak berharta lalu kemudian terhina dengan menjadi peminta-minta. Islam jelas melarang keras umatnya menghinakan diri seperti itu. Umat Islam diharuskan mandiri, produktif dan pemberi sebagaimana adanya kewajiban zakat, infaq dan sodaqoh.

Namun secara umum ayat ini berkaitan dengan hal yang lebih luas, tidak hanya berbicara tentang waris (harta) tetapi juga yang lainnya. Orangtua diharuskan khawatir meninggalkan (mewariskan) kepada anak cucunya dhu’afa (kelemahan) dalam beberapa hal di antaranya :

1. Lemah harta kekayaan. Seperti telah dijelaskan di atas, Islam mengharuskan umat untuk mewariskan harta kekayaan kepada keturunannya. Namun Islam adalah agama yang pertengahan (wasithiyah), seimbang sesuai fithrah insaniyah. Islam bukan agama yang mengharamkan umat memiliki harta, bukan juga agama yang memerintahkan umat untuk mendewakan harta dan menghambakan dirinya kepada harta. Tidak ada larangan dalam Islam untuk memiliki harta, Selama harta itu membuat pemiliknya semakin mendekatkan diri kepada Allah swt.

2. Lemah fisik. Islam mewanti-wanti agar para orangtua tidak meninggalkan keturunannya dalam keadaan lemah fisiknya. Islam mewajibkan umat untuk memiliki kekuatan fisik sebagaimana telah Allah perintahkan dalam surat Al-Anfaal ayat 60

“Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggetarkan musuh Allah dan musuh kalian….

Rasulullah saw bersabda: “Didiklah anak-anak kalian berenang, melempar dan berkuda.”

Bagaimana mungkin mampu menanggung kewajiban berjihad fi sabilillah jika fisiknya lemah tak berdaya? Bukankah Rasulullah telah mengingatkan bahwa mukmin yang kuat lebih baik dan dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah.

3. Lemah ilmu. Jelas sangat berbahaya jika ada orangtua yang meninggalkan anak keturunannya tidak berilmu. Sebab ilmu adalah modal dasar kehidupan bisa berjalan dengan baik atau tidak. Ilmulah yang pertamakali harus dimiliki oleh setiap muslim sebelum berbicara dan beramal, Imam Bukhari mengatakan “Al-Ilmu qoblal qaul wal ‘amal. “ Hal itulah yang ditegaskan Allah dalam wahyu pertama-Nya kepada Rasulullah saw dalam surat al-‘Alaq ayat pertama “Bacalah (berilmulah) dengan menyebut nama Rabbmu yang menciptakan”. Ilmu pula hal yang pertama kali Allah berikan kepada manusia pertama Adam AS, sebagaimana yang Allah kisahkan dalam surat Al-Baqarah ayat 31. Betapa luar biasanya orang yang memilki ilmu sehingga derajatnya ditinggikan sebagaimana orang-orang yang beriman dalam surat al-Mujadilah ayat 11. (Lihat penjelasan selengkapnya pada artikel ‘Konsep Ilmu dalam Islam’).

4. Lemah Aqidah. Inilah kelemahan yang paling dahsyat bahayanya. Bahaya yang tiada terkira, karena Aqidahlah penentu keselamatan hidup dunia dan akhirat. Orangtua bertanggungjawab penuh atas keselamatan aqidah anak-anaknya seperti yang Allah ingatkan dalam surat At-Tahrim ayat 6: “Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka….”

Dan apakah kita tidak pernah merenungkan peringatan Allah dalam surat Al-baqarah ayat 133 tentang kisah sakaratul mautnya Nabi Ya’qub AS ?

“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?”….”

Wahai para orangtua akankah yang kita katakan kepada anak-anak kita saat ajal menjemput sama seperti yang ditanyakan Nabi Ya’qub? Yakni kita mengkhawatirkan anak-anak kita menyembah selain Allah swt. Ataukah justru yang akan kita tanyakan saat nyawa sampai tenggorokan adalah “Maa ta’kuluuna min ba’dii?” Apa yang akan kalian makan sepeninggalku.

Rasulullah saw bersabda; “Setiap anak lahir dalam keadaan beraqidah Islam. Maka tanggungjawab orangtuanyalah jika ternyata anaknya itu kemudian beraqidah kufur seperti Yahudi, Nashrani atau Majusi.” (Muslim)

Sesungguhnya anak adalah amanah. Anaklah yang di akhirat nanti akan menjadi penentu apakah kita akan masuk Jannah Allah atau Neraka Allah. wh
Selengkapnya...

Sabtu, 12 Februari 2011

Yamtia Akan Dirikan Pusat Informasi di KLU

Lombok Utara - Yayasan Maraqitta’limat (Yamtia) provinsi Nusa Tenggara Barat, akan mendirikan pusat informasi yayasan di Kabupaten Lombok Utara.

“Dengan keberadaan Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan Hamzar yang berpusat di Kabupaten Lombok Utara dan beberapa rencana lainnya, maka diperlukan adanya pusat pengendalian, sehingga seluruh informasi yang ada betul-betul bisa dikontrol dengan baik”, jelas Ketua Yamtia NTB, H. Mashal, SH, MM, pada pertemuan dengan pengurus yayasan Lombok Utara di MI Maraqitta’limat Lokok Aur 11/2.

Untuk menangani hal tersebut, lanjut H. Mashal, perlu adanya tenaga-tenaga khsusus, baik informasi tentang pendidikan, sosial ekonomi maupun dakwah. Karenanya para tenaga khsusus yang mengelola informasi ini perlu meningkatkan dan mempererat barisan yang lebih kuat.

“Semua tenaga ini terlepas dari latar belakang pendidikan, yang penting adalah kebersamaan, sehingga tim yang kita bentuk ini betul-betul solid dalam menjalankan program yang direncanakan”, jelasnya.

Selain Yamtia memiliki perguruan tinggi di Lombok Utara, juga menurut H. Mashal, masih ada peluang untuk memikirkan pendirian lembaga pendidikan setingkat SLTA yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). “Di Lotim kita sudah memiliki 8 buah SMK, tinggal di KLU ini kita harus terus berupaya untuk mendirikan SMK”, katanya.

Untuk memperluas dan menyebarkan informasi, Yamtia Lombok Utara juga menerbitkan Bultein Ta’limat serta mengelola web.
Selengkapnya...

Jumat, 11 Februari 2011

Menelusuri Jejak Dakwah TGH.M.Zainuddin Arsyad (Bag. 1)

Masa Kecil
Mungkin tidak banyak yang mengenal sosok seorang ulama sufi ini, tetapi tidak bisa dipungkiri ulama inilah yang juga telah banyak berjasa dalam mengembangkan ajaran Islam di pulau Lombok.

Dialah Muhammad Zainuddin, nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya sejak lahir sekitar tahun 1912 di Desa Mamben Lauq, Kecamatan Wanasaba, Kabupaten Lombok Timur-NTB. Ayah beliau bernama TGH. Arsyad, yang saat itu menjadi penghulu (tokoh agama. Dan ibunya bernama Inaq Makenun. Kehidupan keluarga beliau cukup sederhana dan agamis.

TGH.M. Arsyad, selain sebagai seorang tokoh agama, juga pada waktu itu sangat gigih menentang penjajahan Jepang di Indonesia. Sehingga beliau bersama santrinya memimpin langsung penyerangan ke markas Jepang yang terletak di Wanasaba-Lombok Timur, yang menyebabkan salah seorang santrinya gugur di medan pertempuran.

Seperti kebanyakan anak lainnya, beliau tumbuh dan berkembang secara wajar. Dari masa kanak-kanak, Zainuddin kecil dalam pergaulannya sehari-hari selalu mencerminkan sifat-sifat terpuji, hormat terhadap orang yang tua, dan sopan kepada sesama. Tidak heran, ketika masa kecilnya banyak orang yang sayang pada dirinya.

Karena mendapat pendidikan agama sejak dini, membuat sifat dan sikap kepemimpinannya sudah mulai nampak terutama dalam pergaulannya sehari-hari, sesuai dengan ajaran agama Islam yang diyakini kebenarannya.

Ketika usia Zainuddin menginjak empat tahun, beliau diasuh oleh Amak Ismail dan Inaq Isah yang sekaligus sebagai orang tua angkatnya. Karena pada saat itu, kedua pasangan ini belum dikaruniai seorang anak. Kendati demikian, Zainuddin kecil sudah dianggap sebagai anaknya sendiri.

Berada di buaian dan belaian kasih sayang orang tua angkat, tidak serta merta beliau di lepas begitu saja oleh TGH.M. Arsyad. Dengan penuh rasa kasih sayang, beliau dididik dengan ajaran agama. Sehingga orang tua beliau memiliki peran ganda, yaitu disatu sisi sebagai orang tua, dan disisi lain sebagai sosok guru yang sangat dihormati.

Mendapat pendidikan dari sang ayah yang cukup disiplin, membuat sosok Zainuddin kecil cukup cerdas, jujur, rendah hati baik budi pekertinya dan semakin nampak jiwa kepemimpinannya, walaupun diusia yang masih belia. Bersambung
Selengkapnya...